Meningkatkan Sikap Profesional Guru

Posted by

Dewasa ini yang sering kita sebut era globalisasi, institusi pendidikan formal mempunyai tugas penting untuk menyiapkan dan membentuk sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Di dalam dunia persekolahan, guru profesioal menjadi faktor utama untuk  meningkatkan kualitas SDM  anak didiknya. Guru sebagai tenaga profesionalisme memiliki peranan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap anak didiknya agar kelak dapat berguna bagi bangsa dan negara. Guru merupakan pilar utama demi mewujudkan tujuan  “mencerdaskan kehidupan bangsa” dan mencapai pendidikan yang bermutu.
Hingga saat ini tenaga kependidikan secara kuantitatif memiliki jumlah yang cukup banyak. Namun tidak semuanya memililki kualitas tenaga kependidikan sesuai dengan kompetensi guru yang sudah ditetapkan yaitu kompetensi pedagogis, personal, profesional dan sosial. Selain itu selengkap apapun sarana  dan prasarana yang dimiliki oleh suatu sekolah namun apabila tenaga pendidiknya tidak memiliki kompeten maka sarana dan prasarana tersebut tidak dapat membantu siswa dalam melakukan proses belajarnya, sebagus apapun kurikulum yang telah dicanangkan pemerintah namun jika tenaga pendidiknya tidak mengimplementasikan dengan baik maka itu tidak akan berdampak apa-apa bbagi siswa. Oleh karena itu selain terampil mengajar, guru juga wajib memiliki pengetahuan yang luas, memiliki sikap bijak dan dapat bersosialisasi dengan baik.
Pengembangan sikap professional tidak terhenti apabila calon guru selesai mendapatkan pendidikan prajabatan. Banyak usaha yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan professional keguruan dalam masa pengabdiannya sebagai guru. Seperti telah disebut, peningkatan ini dapat dilakukan dengan cara formal melalui kegiatan ilmiah lainnya, ataupun secara informal melalui media massa televisi, radio, koran, dan majalah maupun publikasi lainnya. Kegiatan ini selain dapat meningkatkan pengetahuan dan ketermpilan, sekaligus dapat juga meningkatkan sikap professional.
Mengikuti pemikiran John C. Maxwell, berikut ini disajikan tawaran untuk meningkatkan mutu diri sendiri bagi guru, dari hari ke hari.
1.     Jangan takut berbuat kesalahan
Berbuat salah itu paling potensial dialami oleh guru yang relatif. Tidak berbuat  juga salah. Manusia lebih banyak didewasakan oleh pengalaman berbuat salah ketimbang pengalaman berbuat benar. Orang kreatif sangat mungkin sukses besar karena satu keberhasilan dari ratusan tindakan coba-coba. Orang kreatif melihat kegagalan sebagai tindakan tidak berani mencoba. Tidak ada seorang pun akan tumbuh dewasa, tanpa berani berbuat salah .
2.    Mengubah kehidupan dengan cara mengubah yang dikerjakan  keseharian
Banyak orang, termasuk guru mengklaim telah melakukan perubahan-perubahan besar dalam kehidupannya. Klaim ini sah adanya. Aspek-aspek tertentu dari kehidupan kita memang harus diubah, selayaknya mobil turun mesin. Ada juga orang yang tidak mendambakan perubahan-perubahan besar pada waktu singkat, melainkan melakkan perubahan-perubahan kecil secara konsisten. Inilah  yang dimaksud dengan perubahan yang kontinyu dari hari ke hari. Hanya air yang menetes dengan konsisten  yang dapat membuat batu sampai berlubang. Batu tidak berlubang dengan arus air yang deras. Lebih baik melakukan perubahan-perubahan kecil yang terencana ketimbang bernafsu melakukan perubahan-perubahan besar secara angin-anginan. Perbaikan personal berawal ketika seorang mengubah dirinya dari hari kehari, tindakan rutin, kebiasaan, dan pembiasaan, cara kerja, atau interaksi dengan orang lain. Dalam pelatihan kepemimpinan pun, kematangan seseorang untuk menuju kursi kepemimpinan dikonsepsikan berawal dari keinginan meningkatkan mutu diri sendiri dari hari ke hari.
Dalam banyak hal, perubahan merupakan fungsi ketekunan. Memang harus diakui, tidak semua perubahan itu evolusif, melainkan ada yang revolusif. Guru harus mengakui, tidak mngkin dia mengalami perubahan diri sampai dengan dia mau dan mampu mengubah dirinya.
3.    Merumuskan harapan yang realistik bagi perubahan diri
Pekerjaan guru bisa sulit, bisa juga gampang. Dipandang sulit, jika dia benar-benar ingin menjadikan siswanya manusia yang bermutu secara  pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dipandang mudah, kalau dia memposisikan tugasnya sebatas kewajiban mengajar dan kedinasan.
Disinilah esensi dia harus mengembangkan diri secara kontinyu dengan harapan yang realistik. Ian MacGregor pernah mengatakan, “I work on the same principle as people who train horses.”  Prinsip memulai pekerjaan dengan pelan-pelan dan kelembutan, akan mempermudah capaian hasil, kemudian pekerjaan itu dilakukan secara kontinyu dengan pola meningkatkan intensitas.
Di dunia manajemen, mestinya seorang manajer tidak memulai pertanyaan kepada stafnya mengenai pekerjaan-pekerjaan apa yang tidak mungkin diselesaikan. Dia harus memulai dengan penugasan yang boleh diri dan stafnya dipandang realistik dilakukan sesuai dengan harapan. Mulailah pekerjaan dengan seperangkat  harapan yang realistik dari diri sendiri. Tentukanlah pekerjaan yang akan dikerjakan hari ini. Keberhasilan menetapkan pekerjaan hari ini berarti juga keberhasilan menetapkan pekerjaan apa yang akan dilakukan esok harinya.
4.    Perubahan yang kontinyu untuk perbaikan yang kontinyu
Perubahan merupakan sebuah keabadian, seperti  halnya ketidakpastian itulah yang hampir dpastikan ada. Perubahan  yang kontinyu adalah esensial bagi perbaikan secara kontinyu.  Continual charge is essential for continual improvement! Tesis ini merupakan  paradoks besar dalam kesuksesan: apa yang  membawa  seseorang ke suatu tujuan  adalah apa yang dipeliharanya untuk  tujuan itu atau sesuatu yang membawa seseorang kesana adalah  apa yang  dipeliharanya menuju ke sana itu. The things which got you there are seldom the things which keep you there! Tida ada cara yang benar-benar manjur dan meyelururh untuk seluruh situasi. Satu cara umumnya melahirkan suatu tujuan atau situasi. Jika seseorang ingin memperbaiki diri, dia harus berubah. If you want to improve, you have to charge!  Demikian pesan orang yang bijak. Pesan ini tersa  amat moralistik.
5.    Motivasi penggerak utama, kebiasaan menjaga perjalanannya.
Motivasi mendororng seseorang untuk bergerak dan  kebiasaan mendororng motivasi itu terus berjalan. Motivation gets you started; habits keep you going! Seorangg ibu guru sangat mungkin “memaksa diri untuk bangun jam 04.30 untuk melakukan sesuatu dan  menyipakan segala hal, sebelum berangkat ke sekolah. Pekerjaan itu dilakukan secara kontinyu, sehingga menjadi kebiasaan. Ketika memasuki masa libur sekolah, kebiasaan bangun jam 04.30 akan “sulit diubahnya”, Karena sudah menjadi irama hidup. Guru yang berkomitmen untuk menegakkan disiplin akan menjelma menjadi kebiasaan, dan dia tetap menjaga disiplin itu secara kontinyu.
6.    Jangan selalu menuntut hasil segera.
Banyak pekerjaan yang harus segera diwujudkan dan dinikmati hasilnya menjadi fakta di sekitar kehidupan kita, namun demikian bermental instan untuk selalu memperoleh hasil segera dan hanya ingin mengerjakan sejenis ini, membahayakan. Guru tidak diperbolehkan “main kayu” secara pukul rata untuk menegakkan disiplin siswa.
Pada sebagian siswa, displin harus dibentuk melalui pembiasaan. Someone overestimate what he/she can do in month, and he/she ubderestimate what he/she can do in a year! Sebagian orang sangat mungkin terobsesi dengan pekerjaan besar dan cepat. Mereka melihat dan mencari jalan pintas atau cara tercepat. Sesungguhnya, perbaikan diri harus berlangsung sepanjang waktu dan dimulai pada masa lampau.
7.    Fokus 
Ketika mengejar dan ingin menerkam mangsa, singa sangat fokus. Target mangsa yang akan diterkam sangat jelas. Ketika calon mangsanya itu masih bersama gerombolan kawannya, singa akan tetap memfokuskan diri pada targetnya. Titik serangnya pun fokus, yaitu pada bagian yang langsung mematikan, yaitu leher. Ketika predator menggigit leher mangsa, darah mangsanya langsung muncrat dan mangsanya itu mati lemas karena tidak bisa bernafas.
8.    Alokasikan 80 persen waktu kerja berbasis pada kekeuatan anda.
Prestasi besar bukanlah sebuah keberuntungan, kecuali yang bersifat probabilitas semata. Prestasi besar hanya akan dicapai  oleh pekerja keras. Tidak ada lagi “tongkat, kayu, dan batu” jadi tanaman, kecuali sebatas kias. Bibit yang baik pun belum tentu tumbuh subur tanpa dipupuk, salah tempat, atau ditanam dengan cara keliru. Untuk mencapai prestasi yang hebat atau juara, guru dan siswa harus menjadi pekerja keras. Investasikan energy yang dimiliki diri sendiri, sekitar 80 persen untuk mencapai prestasi besar.
Inilah pesan Andrew Carnigie. Pertama, sebagian besar manusia hanya menggunakan rata-rata 25% kemampuan kerjanya. Kedua, dunia angkat topi keada mereka yang menggnakan  50% kemampuan. Ketiga, dunia akan berdiri di atas kepala jika melihat orang  yang 100% menggunakan kemampuannya (singkat sedikit). Inilah  orang-orang yang bijaksana. Perlu diingat bahwa seseorang tidak pernah gagal sampai dengan anda menyerah! You don’t fail while you quit! Tentu saja di sini, guru harus menakar kekuatan dan kelemahannya, dan mengantisipasi peluang dan ancamannya. Gunakan kekuatan untuk menemukan peluang dan reduksilah kelemahan untuk mengantisipasi ancaman. Bekerjalah pada alur yang benar, sehingga usaha keras hari ini akan menjadi kejayaan besoknya.


Blog, Updated at: 07.57

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Terbaru

get this widget here