Menurut William Kilpatrick, salah satu penyebab ketidakmampuan seseorang untuk berperilaku baik, walaupun secara kognitif ia mengetahuinya, yaitu karena ia tidak terlatih untuk melakukan kebajikan atau moral action. Untuk itu, orang tua tidak cukup memberikan pengetahuan tentang kebaikan, tetapi harus terus membimbing anak sampai pada tahap implementasi dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pendidikan karakter, Lickona menekankan pentingnya tiga komponen karakter yang baik (components of good character), yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral, dan moral action atau perbuatan moral.
Sebagai langkah menuju terbentuknya akhlak mulia dalam diri setiap siswa, ada tiga tahapan yang harus dilakukan. Hal ini diperlukan agar peserta didik yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut dapat memahami, merasakan, dan mengerjakan nilai-nilai kebajikan, tiga tahapan atau komponen tersebut yaitu:
Dalam pendidikan karakter, Lickona menekankan pentingnya tiga komponen karakter yang baik (components of good character), yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral, dan moral action atau perbuatan moral.
Sebagai langkah menuju terbentuknya akhlak mulia dalam diri setiap siswa, ada tiga tahapan yang harus dilakukan. Hal ini diperlukan agar peserta didik yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut dapat memahami, merasakan, dan mengerjakan nilai-nilai kebajikan, tiga tahapan atau komponen tersebut yaitu:
Moral Knowing
Moral Knowing merupakan hal yang penting untuk diajarkan. Dalam tahapan ini tujuan diorientasikan pada penguasaan pengetahuan tentang nilai-nilai. Disini siswa diharapkan mampu untuk membedakan antara akhlak mulia dan akhlak tercela serta nilai-nilai universal lainnya.
Moral knowing ini terdiri dari enam hal, yaitu:
Moral Knowing merupakan hal yang penting untuk diajarkan. Dalam tahapan ini tujuan diorientasikan pada penguasaan pengetahuan tentang nilai-nilai. Disini siswa diharapkan mampu untuk membedakan antara akhlak mulia dan akhlak tercela serta nilai-nilai universal lainnya.
Moral knowing ini terdiri dari enam hal, yaitu:
- Kesadaran moral (moral awareness),
- Pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing moral values),
- Penentuan sudut pandang (perspektif taking),
- Logika moral (moral reasoning),
- Keberanian mengambil sikap (decision making),
- Pengenalan diri (self knowledge).
Moral Loving/ Moral Feeling
Moral loving merupakan penguatan aspek emosi siswa untuk menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh siswa, yaitu kesadaran akan jati diri. Terdapat enam hal yang merupakan aspek emosi yang harus mampu dirasakan oleh seseorang untuk menjadi manusia berkarakter, yaitu:
Moral loving merupakan penguatan aspek emosi siswa untuk menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh siswa, yaitu kesadaran akan jati diri. Terdapat enam hal yang merupakan aspek emosi yang harus mampu dirasakan oleh seseorang untuk menjadi manusia berkarakter, yaitu:
- Nurani (conscience)
- Percaya diri (self esteem)
- Merasakan penderitaan orang lain (empathy)
- Mencintai kebenaran (loving the good)
- Mampu mengontrol diri (self control)
- Kerendahan hati (humility)
Moral Action
Moral action merupakan bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Perbuatan atau tindakan moral yang merupakan hasil (outcome) dari dua komponen karakter lainnya. Dan untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik, maka harus diliat tiga aspek lain dari karakter yaitu; kompetensi, keinginan, dan kebiasaan.
Menurut Muchlas Samani, & Hariyanto dalam bukunya: Konsep dan Model Pendidikan Karakter menjelaskan, dalam desain induk pendidikan karakter antara lain diutarakan bahwa secara substantif karakter terdiri atas 3 nilai operatif (operative value), nilai-nilai dalam tindakan, atau tiga untuk perilaku yang satu sama lain saling berkaitan dan terdiri atas pengetahuan tentang moral (moral knowing, aspek pengetahuan), perasaan berlandaskan moral (moral feeling, aspek afektif), dan perilaku berlandaskan moral (moral behavior, aspek psikomotorik). Karakter yang baik terdiri atas proses-proses yang meliputi, tahu mana yang baik (knowing the good), keinginan melakukan yang baik (desiring the good), dan melakukan yang baik (doing the good). Terlepas dari itu semua, karakter yang baik juga harus ditunjang oleh kebiasaan piker (habit of the mind), kebiasaan kalbu (habit of the heart), dan kebiasaan tindakan (habit of the action).
Selanjutnya dinyatakan pula bahwa konfigurasi karakter dalam konteks realita psikologis dan juga sosial-kultural tersebut dikategorikan menjadi: olah hati (spiritual and emosional development), olah pikir (intellectual development), olahraga dan kinestetik (physical and kinesthetic development), dan olah rasa dan karsa (affective and creativity development).
Moral action merupakan bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Perbuatan atau tindakan moral yang merupakan hasil (outcome) dari dua komponen karakter lainnya. Dan untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik, maka harus diliat tiga aspek lain dari karakter yaitu; kompetensi, keinginan, dan kebiasaan.
Menurut Muchlas Samani, & Hariyanto dalam bukunya: Konsep dan Model Pendidikan Karakter menjelaskan, dalam desain induk pendidikan karakter antara lain diutarakan bahwa secara substantif karakter terdiri atas 3 nilai operatif (operative value), nilai-nilai dalam tindakan, atau tiga untuk perilaku yang satu sama lain saling berkaitan dan terdiri atas pengetahuan tentang moral (moral knowing, aspek pengetahuan), perasaan berlandaskan moral (moral feeling, aspek afektif), dan perilaku berlandaskan moral (moral behavior, aspek psikomotorik). Karakter yang baik terdiri atas proses-proses yang meliputi, tahu mana yang baik (knowing the good), keinginan melakukan yang baik (desiring the good), dan melakukan yang baik (doing the good). Terlepas dari itu semua, karakter yang baik juga harus ditunjang oleh kebiasaan piker (habit of the mind), kebiasaan kalbu (habit of the heart), dan kebiasaan tindakan (habit of the action).
Selanjutnya dinyatakan pula bahwa konfigurasi karakter dalam konteks realita psikologis dan juga sosial-kultural tersebut dikategorikan menjadi: olah hati (spiritual and emosional development), olah pikir (intellectual development), olahraga dan kinestetik (physical and kinesthetic development), dan olah rasa dan karsa (affective and creativity development).
0 komentar:
Posting Komentar