Pendidikan yang Terabaikan

Posted by

Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang  untuk mengembangkan segala potensinya sehingga ia  mencapai kualitas diri yang lebih baik. Inti pendidikan adalah usaha pendewasaan manusia seutuhnya, baik oleh orang lain  maupun oleh dirinya sendiri, dalam arti tuntunan agar anak didik memiliki kemerdekaan berpikir, merasa, berbicara, dan bertindak serta percaya diri dengan penuh rasa tanggung jawab dalam setiap tindakan dan perilaku kehidupannya sehari-hari. 
Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia melupakan pendidikan karakter. Padahal, pendidikan karakter merupakan suatu fondasi bangsa yang sangat penting dan perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peranan penting dalam pembentukan karakter anak. Karena tidak semua tugas mendidik dapat dilakukan dalam lingkungan keluarga. Oleh sebab itulah, anak dimasukkan  ke sekolah.
Pendidikan karakter biasa dimulai dengan pendidikan moral dan etika. Dalam kaca mata Islam, moral dan etika merupakan bagian dari pendidikan akhlak. Akhlak adalah isu terpenting dalam pendidikan Islam, bahkan Rasulullah SAW. diutus oleh Sang pencipta untuk membenahi akhlak manusia sebagaimana sabdanya:
عَنْ اَبِي هُرَيْرَةَ رَضِ اللهُ عَنْهُ: اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَا لَ: بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَا رِمَ الْأَخْلَاقِ (رواه الحكيم)

Artinya: Dari Abu Hurairah RA. bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya aku hanya diutus untuk menyempurnakan kebaikan akhlak.” (HR. Hakim). 
Berdasarkan hadits diatas bahwa menumbuhkan kembali akhlak mulia haruslah menjadi kompetensi dalam proses pendidikan karakter setiap bangsa. Karena memiliki akhlak mulia adalah bagian dari fitrah setiap manusia. Potensi yang menjadi bawaan lahir setiap manusia yang dilahirkan. Rasulullah SAW, juga menegaskan bahwa setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Fitrah ini apabila dijaga dan terjaga, maka akan memunculkan karakter yang positif pada setiap manusia.  Namun bila fitrah ini tidak terjaga, maka manusia akan kehilangan karakter positifnya.
Karakter negatif masih banyak mewarnai dunia pendidikan di Indonesia. Hal ini terjadi karena kemudahan akses internet, games online  yang marak dengan kekerasan dan aksi porno, langsung maupun tak langsung memberikan pengaruh terhadap hasil pendidikan mereka sebagai aset masa depan bangsa. Kasus demi kasus terjadi, menyiratkan kesan tidak berbekasnya pengaruh pendidikan di sekolah bagi anak-anak kita.
Permasalahan ini sebenarnya masih bisa ditangani andai saja anak-anak kita memiliki ketahanan mental yang cukup, yang berasal dari fondasi agama, dan budaya luhur bangsa yang kuat. Sayangnya, tidak semua anak-anak kita siap menghadapi arus globalisasi mau tidak mau kepribadian mereka akan terpengaruh kebudayaan asing yang mementingkan diri sendiri.
Penyebab lain krisis pendidikan karakter anak dewasa ini adalah karena orang tua banyak menyerahkan pendidikan anak sepenuhnya kepada sekolah, sementara sekolah terlalu banyak dibebani kurikulum akademik, sedangkan di masyarakat lebih banyak dituntut pekerjaan yang mapan, akibatnya pendidikan karakter anak terbengkalai.
Menurut pendapat Thomas Lickona, yang dikutip oleh M. Rahman, ia mengungkapkan bahwa ada 10 macam tanda-tanda menuju kehancuran suatu bangsa, yang memang berdampak pada karakter peserta didik, yaitu:
1.    Meningkatnya kekerasan dikalangan remaja.
2.    Penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk.
3.    Pengaaruh peer group yang kuat dalam tindak kekerasan.
4.    Meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, seks bebas, dan lain-lain.
5.    Pedoman moral baik dan buruk yang semakin kabur.
6.    Etos kerja yang menurun.
7.    Rasa hormat kepada orangtua dan guru semakin rendah.
8.    Rasa tanggung jawab individu dan warga negara semakin rendah.
9.    Ketidakjujuran yang semakin membudaya.
10.    Adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama.

Bukti-bukti tersebut rasanya sudah mulai tampak di hadapan kita. Untuk menyelesaikan persoalan tersebut diperlukan berbagai upaya tepat.  Pendidikan karakter kini memang sudah menjadi wacana utama pendidikan nasional. Hal ini sesuai dengan UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang sistem Pendidikan Nasional berbunyi:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. 

Kemudian diperkuat lagi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Penyelenggaraan Pendidikan pada Pasal 17 Ayat 3 menyebutkan:
Bahwa pendidikan dasar, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang (a) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; (b) berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; (c) sehat, mandiri, dan percaya diri; (d) toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggungjawab. 

Tujuan pendidikan nasional diatas sejalan dengan isu pendidikan karakter yang beberapa tahun belakangan ini menjadi topik yang hangat dan banyak diperbincangkan. Pendidikan ditujukan pemerintah untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Hasil penelitian dari Harvard University Amerika Serikat yang mengagetkan dunia pendidikan di Indonesia dimana menurut penelitian tersebut, kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Bahkan, Penelitian ini mengungkapkan, bahwa kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. 
Pernyataan diatas mengisyaratkan bahwa pengembangan aspek karakter pada satuan pendidikan sangat penting, apalagi jika dikaitkan dengan fenomena-fenomena di masyarakat yang menunjukkan adanya krisis moral di mana-mana dan masuk dalam sendi-sendi kehidupan.


Blog, Updated at: 05.33

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Terbaru

get this widget here